PERIWAYATAN HADIS BIL MAKNA Implikasi dan Penerapannya sebagai ‘Uji’ Kritik Matan di Era Modern Oleh : Hedhri Nadhiran* Abstrak : Salah satu persoalan di bidang hadis yang menjadi topik perdebatan sejak masa shahabat hingga sekarang adalah tentang periwayatan hadis secara makna (al-riwayat bi al-makna). Perdebatan ini muncul terkait dengan Namun dianantara Al-Qur’an terdapat perbedaan dengan Hadits. Adapun perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits antara lain : Al-Qur’an merupakan firman langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sehingg Al-Qur’an sendiri juga memiliki bahasa dan makna yang langsung berasal dari Allah SWT. FOTO/iStockphoto. Al Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber pokok yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam dalam aspek kehidupan. Layaknya dalam berprilaku, bermuamalah, beribadah dan tentunya masih banyak lagi. Dan hadits sendiri menjadi sumber hukum dalam agama Islam setelah Al Qur’an. Setelah mengetahui kedudukan hadits ini sendiri Motzki selanjutnya menjelaskan bahwa hadits-hadits dari Nafi‟ memuat perkataan-perkataan umar dan tentang Umar, bukan perkataan-perkataan Nabi, itu dapat menjadi alasan mengapa banyak dari hadits-hadits Nafi‟ tidak ditemukan pada pelbagai koleksi kitab hadits kanonik.50 c. Ketika seseorang ingin memperoleh informasi mengenai Nafi‟ maka SISTEM PERIWAYATAN AHLI HADIS DAN AHLI SEJARAH: KAJIAN PERBANDINGAN ANTARA AḤMAD IBN ḤANBAL DAN MUḤAMMAD IBN ISḤĀQ DALAM RIWAYAT PERANG UHUD Aennul Yaqin1 1UIN Syarif Hidayatullah Jakarta aennul.yaqin16@mhs.uinjkt.ac.id Abstrak: Artikel ini membahas tentang perbedaan sistem periwayatan para ahli hadis dan sejarawan. pendukung Ali dengan pendukung Mu’awiyah telah terjadi. Hal ini membawa dampak negative dalam bidang kegiatan periwayatan hadits. Kepentingan politik telah mendorong terjadinya pemalsuan hadits. 20 Dari urai di atas dapat disimpulkan, bahwa kebijaksanaan para khulafa al- Rasyidin tentang periwayatan hadits adalah sebagai berikut: Bahasan Hadits mencakup sanad dan matan, ilmu ini berguna untuk mendalami pengetahuan tentang sanad, dengan menguasai sanad hadits, berarti mengetahui separuh ilmu hadits. Seorang pengkaji hadits belumlah dianggap lengkap ilmunya tentang hadits, kalau hanya mempelajari matannya, sebelum mempelajari juga sanadnya. Jadi, sistematika periwayatan hadis ini penting untuk memastikan keotentikan dan ketaktertiban dalam kumpulan hadis yang ada. Misalnya, hadis-hadis palsu yang perlu disaring agar tidak menyesatkan umat Islam dalam memahami agama. Jadi, kalau kamu mau tahu hadis yang asli dan terpercaya, kamu harus paham tentang sistematika periwayatan hadis ini. Aisyah RA, menyatakan bahwa Abu Bakar telah membakar catatan yang berisi sekitar lima ratus hadits. Menjawab pertanyaan Aisyah, Abu Bakar menjelaskan bahwa dia membakar catatannya itu karena dia khawatir berbuat salah dalam periwayatan hadits. [21] Hal ini menjadi bukti sikap kehari-hatian Abu Bakar dalam periwayatan hadits. Adapun Sahabat yang membolehkan periwayatan hadis secara makna adalah: 1. ‘Abd Allah ibn Mas’ut. Dalam meriwatkan hadis beliau menggunakan kata-kata”Bersabda Rasulullah SAW begini,atau seperti itu,atau mendekati pengertian ini. 2. KEFGwBZ.